Perpustakaan –dari Warga untuk Warga–

Perpustakaan tidak hanya harus berupa pelayaan buku saja, tetapi bisa berupa pelayanan yang lain.

Perpustakaan Warga. Sebenarnya memang untuk warga.

Suwe ora jamu Mas! Jamu godhong telo. Suwe ora ketemu, ketemu pisan, ojo gawe gelo loh Mas!”. Lamat-lamat terdengar lagu ‘khas’ Jawa itu dinyanyikan dari salah satu sudut gedung baru Pespustakaan Kota Yogyakarta. Tidak jauh dari “Si Penyanyi” lagu itu, Aryanti tampak sibuk membimbing si ‘penyanyi’ cilik agar lagu itu dapat dinyanyikannya dengan baik, tentunya dengan lenggok dan cenggok yang tepat.

Perpustakaan Kota Yogyakarta terlihat tampak sibuk sekali. Selain harus melayani pengunjung, hari itu Perpus Kota juga diramaikan dengan kehadiran beberapa anak-anak yang akan mengikuti Final Lomba Crita Anak tingkat Provinsi. “Beberapa hari ini kita berlatih di sini (perpustakaan kota). Pihak pemerintah kota dan perpustakaan kota sendiri sangat mendukung acara ini”, jelas Aryanti, pelatih lomba cerita, setelah dikonfirmasi.

Senada dengan Aryanti, Triyanta juga menambahkan bahwa gedung baru Perpus Kota merelakan salah satu sudutnya untuk dijadikan tempat anak-anak, baik untuk sekadar menghabiskan waktu dengan buku ataupun untuk kegiatan lainnya. “Di lantai dua ada ruangan khusus anak-anak yang dikemas sesuai dengan selera anak-anak tentunya,” jelas Triyanta. Continue reading “Perpustakaan –dari Warga untuk Warga–”

Yo ngene iki mas rasane parkir!

Siapa bilang menjadi tukang parkir bukan pekerjaan yang penuh dengan resiko? Selain harus berhadapan dengan pelbagai kendaraan bermotor yang bisa menyebabkan bisa ditabrak, menjadi tukang parkir juga harus siap berhadapan dengan beranekara ragam karakter pengguna jasa parkir.

 

Motor Besar di atas Dua Ribu

Sekitar pukul satu siang, tiga hari menjelang bulan puasa, suasana jalan C. Simanjuntak, Yogyakarta begitu hiruk dengan pelbagai kendaraan bermotor. Satu ruas jalan yang dibagi menjadi dua arah itu seakan tidak mampu lagi untuk memuat volume kendaraan Yogyakarta yang semakin hari semakin bertambah. Apalagi ditambah dengan banyaknya kendaraan—baik itu yang kendaraan beroda empat atau roda dua—yang parkir di badan jalan, sehingga menambah kesan bahwa jalan semakin sempit.

Ditengah bisingnya kendaraan itu nampak dari jauh sosok tua bertopi biru yang dipadu dengan kaca mata hitam necis dengan kualitas ala kadarnya. Meski sudah cukup tua, namun si topi biru itu masih cukup energik. Lari kesana-kemari, dari mobil satu ke mobil yang lain, dari motor satu ke motor yang lain. Continue reading “Yo ngene iki mas rasane parkir!”