Perpustakaan tidak hanya harus berupa pelayaan buku saja, tetapi bisa berupa pelayanan yang lain.
“Suwe ora jamu Mas! Jamu godhong telo. Suwe ora ketemu, ketemu pisan, ojo gawe gelo loh Mas!”. Lamat-lamat terdengar lagu ‘khas’ Jawa itu dinyanyikan dari salah satu sudut gedung baru Pespustakaan Kota Yogyakarta. Tidak jauh dari “Si Penyanyi” lagu itu, Aryanti tampak sibuk membimbing si ‘penyanyi’ cilik agar lagu itu dapat dinyanyikannya dengan baik, tentunya dengan lenggok dan cenggok yang tepat.
Perpustakaan Kota Yogyakarta terlihat tampak sibuk sekali. Selain harus melayani pengunjung, hari itu Perpus Kota juga diramaikan dengan kehadiran beberapa anak-anak yang akan mengikuti Final Lomba Crita Anak tingkat Provinsi. “Beberapa hari ini kita berlatih di sini (perpustakaan kota). Pihak pemerintah kota dan perpustakaan kota sendiri sangat mendukung acara ini”, jelas Aryanti, pelatih lomba cerita, setelah dikonfirmasi.
Senada dengan Aryanti, Triyanta juga menambahkan bahwa gedung baru Perpus Kota merelakan salah satu sudutnya untuk dijadikan tempat anak-anak, baik untuk sekadar menghabiskan waktu dengan buku ataupun untuk kegiatan lainnya. “Di lantai dua ada ruangan khusus anak-anak yang dikemas sesuai dengan selera anak-anak tentunya,” jelas Triyanta. Continue reading “Perpustakaan –dari Warga untuk Warga–”